Octovianus Mantoelain
Manoeain
Dia, yang kami panggil
Uka, sebenarnya bernama Octovianus Mantulain Manuain. Ya, ada nama Papa Saya di
situ. Ceritanya berawal ketika Mama Rika (ibu kandung Uka) melintas di depan
rumah kami. Mama Saya (Mama Lina) melihatnya dan spontan berkata “Wah, ada Bu
Anus di perut tuh”. Mama Rika kaget dan kemudian tertawa mengiyakan. Ia tidak
menyangka bahwa Mama Lina bisa menebak dengan tepat kehamilannya. Padahal waktu
itu, usia kandungan Mama Rika baru sekitar 4 atau 5 bulan. Maka ketika hari
Selasa tanggal 3 Agustus 1971 Mama Rika melahirkan seorang bayi laki-laki, Pa
Be’a (Bapaknya Uka) memberinya nama Octovianus, menurut nama Papa Anus
Noenoehitoe, papa Saya.
keterangan foto : pulang gereja GMIT Petra Kefamenanu
Uka memiliki beberapa
saudara antara lain Susi Agus, Susi Sus, Bu Demas, Bu Jal. Sejak umur sekitar 2
tahun, Uka sudah dekat dan terbiasa menginap di rumah kami, yang berjarak tidak
terlalu jauh dari rumah orang tua Uka. Keluarga kami juga sering mendapat
kiriman ikan segar dari Pa Be’a dan Mama Rika, orang tua Uka, yang berprofesi
sebagai nelayan.
Pada tahun 1982, ketika
Papa dipindahtugaskan ke Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Uka juga
turut serta. Waktu itu dia masih kelas 5 Sekolah Dasar. Salah satu alasan Papa
Mama menyertakan Uka dalam kepindahan kami adalah untuk menemani Saya, yang
waktu itu baru berusia 6 tahun. Ada lagi seorang saudara yang turut serta yaitu
Yesaya Sina, sepupuan Saya dari pihak Mama. Mama Yes dan Mama Saya bersaudara
kandung. Di Kota Kefa ini, untuk pertama kalinya kami mengalami hujan es. Ya,
es batu seukuran kepalan tangan itu, jatuh begitu saja dari langit. Kami yang
tidak pernah mengalaminya di Rote, langsung berlarian ke luar rumah untuk
memungutnya. Tapi tak lama kemudian, kami harus masuk kembali karena timpaan es
itu di kepala dan badan terasa sakit sekali. Pengalaman tak terlupakan. Oleh
Papa, kami didaftarkan di SD GMIT IV,
Saya masuk kelas 1. SD itu berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah kontrakan
kami sehingga tiap hari kami berdua berjalan kaki ke sekolah. Sejak SD, Uka
sudah menunjukkan sifat keras kepalanya. Dia kerap kali berkelahi di sekolah.
Pernah sekali, ketika kami berdua baru saja masuk pekarangan sekolah, Uka
diganggu oleh anak kelas 6. Dia langsung berkelahi dengan anak itu sampai
kancing-kancing bajunya lepas. Saya ketakutan dan langsung berlari pulang ke
rumah. Untunglah Mama sudah berangkat ke kantornya di SMA Pelita Karya
Kefamenanu. Papa juga sudah ke kantor. Jika tidak, maka pasti siang nanti
sepulang sekolah, Uka akan kena sabetan ikat pinggang. Sebagai saksi, Saya
tidak pernah membocorkan keributan dan perkelahian yang Uka lakukan. Karena
jika ketahuan, pastilah kami berdua dihukum. Pernah sekali ketika, di dekat rumah ada
dropping pupuk di gudang pupuk. Kami mengumpulkan pupuk yang tercecer dari
karung yang sobek. Lalu atas inisiatif Uka, kami menaburkannya pada bunga-bunga
yang Mama tanam di kaleng bekas minyak goreng Prisco. Dalam hati kami sangat
senang, karena merasa sudah membantu Mama merawat bunga-bunganya. Namun apa
yang terjadi 2 hari kemudian, bunga-bunga itu layu mengering. Mama marah besar
dan kami kena jewer. Ternyata kami menaruh pupuk terlalu banyak.
Setelah 2 tahun di
Kefa, Papa dipindahkan ke Kupang. Saya naik ke kelas 3 dan Uka lulus SD.
Ternyata sesampai di Kupang, Uka meneruskan perjalanannya ke Ba’a untuk masuk
SMP di sana. Beberapa tahun kami tidak bersua, sampai pada suatu maghrib, Uka
muncul di rumah (Kupang) dengan membawa titipan dari Mama Eda, Kakaknya Mama
yang berdomisili di Ba’a, berupa 1 set
kursi rotan. Saya lupa tanggalnya, namun yang pasti pada malam itu ada siaran
langsung pertandingan tinju di TVRI, antara Elias Pical (Juara Dunia dari
Indonesia) melawan petinju Korea Selatan.
Entah itu Lee Dong Chun (November 1986) ataukah Tae Ill Chang (Oktober 1987).
Uka datang dengan luka di pelipis yang masih ada benang jahitnya. Dia cerita
kalau luka itu akibat terjatuh dari truk. Itu berarti bahwa dia sudah tidak
lagi bersekolah. Lalu Papa membawanya ke kantor dan medaftarkannya sebagai
tenaga cleaning service. Uka bekerja waktu beberapa tahun dikantor Papa, sampai
ketika Papa pension, Uka pun berhenti. Pada masa-masa itu, Uka menyalurkan
kelebihan semangat dan tenaganya dengan berlatih bela diri. Uka berlatih silat
Perisai Diri di BLK Tenaga Kerja (kemudian pindah tempat ke SMA Negeri 3
Kupang). Selama berlatih silat ini, Uka berkali-kali menjadi juara baik di
tingkat local maupun regional. Pada puncaknya, Uka mewakili Propinsi NTT pada
PON di Palembang tahun 2004, namun tidak berhasil mendapatkan medali.
Uka menikah dengan Usi
Asnat Sau dan dikaruniai 2 orang putra, Paul dan Bernad. Mengawali karier
sebagai tenaga pengamanan di Universitas Nusa Cendana, Uka kemudian ditarik
menjadi staf di Kantor Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sampai sebuah
kecelakaan yang Uka alami pada hari Jumat, 17 Pebruari 2012 di daerah Bismarak
– Nekamese, membuatnya tak sadarkan diri sampai kembali ke Rumah Bapa pada
Senin, 20 Pebruari 2012 dan di makamkan di TPU Kasih Fatukoa.. Perjalanan hidup Uka, cuma 40 tahun 5 bulan 20 hari. Biarlah
menjadi kenangan bagi semua yang pernah dekat dengan Uka. God bless your soul,
my brother.
keterangan foto : Uka yang paling kecil, bersama sapi bernamaTeman
Salam,
Komentar
Posting Komentar