SEKOLAH
DASAR INPRES OEPOI
Sekolah Dasar Inpres Oepoi (disingkat SDI Oepoi)
merupakan sekolah pemekaran dari Sekolah Dasar GMIT nomor 7 Oebufu. Sekolah ini
beralamat di Jalan Thamrin Oepoi Kupang. Letaknya persis di belakang Puskesmas
Oepoi. Pada awalnya, Sekolah ini ditujukan untuk menampung siswa-siswa yang
berdomisili di Sekitar Oepoi, Kayu Putih dan Oebufu atas (sekitar Pertamina),
yang jaraknya cukup jauh jika harus bersekolah di SD GMIT Oebufu. Namun
ternyata ada banyak juga siswa yang tinggal di Oebobo, Maulafa bahkan Oepura
yang datang bersekolah di Sekolah ini.
SD Inpres Oepoi (dulu) masuk dalam Rayon Kupang
Tengah, dengan Sekolah induk di SD GMIT Manumuti. Setiap ada kegiatan yang
melibatkan Sekolah-sekolah di Rayong Kupang Tengah maka dipusatkan di Manumuti
Tarus Barat. Misalnya ketika tahun 1987, kami dari SD Inpres Oepoi
berpartisipasi dalam Lomba Mata Pelajaran tingkat Rayon di SD GMIT Manumuti.
Kami berlima diutus mewakili sekolah. Masing-masing kami mengikuti 1 mata
pelajaran. Jika tidak salah ingat, Beta mengikuti lomba mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Diana Takaeb (Ilmu Pengetahuan Sosial), Vonny
Nalle (Bahasa Indonesia), Charles Ndaomanu (Ilmu Pengetahuan Alam) dan Joni
Ndaomanu (Matematika). Setelah pembentukan Daerah Otonom Kotamadya Kupang
(1996), maka SD Inpres Oepoi menjadi Sekolah Inti untuk sekolah-sekolah dasar
di sekitarnya seperti SD GMIT Oebufu dan SD Inpres Oebufu di Kayu Putih.
Memori lain yang Beta ingat adalah saat di Kelas 6,
ada kunjungan kenegaraan dari Presiden Soeharto (waktu itu) dalam rangka
meresmikan Stadion Oepoi. Kami senangnya bukan main, karena diberikan kesempatan
untuk hadir dalam Stadion untuk acara peresmian itu. Pakaian seragam putih
merah sudah disetrika licin, sepatu merek “big boss” dan kaus kaki putih juga
sudah disiapkan. Pas hari H, seluruh pelajar mulai tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Lanjutan Atas, berbaris rapi di gerbang sebelah Timur. Penjagaan sangat
ketat, tentara bersenjata lengkap tersebar di mana-mana. Selain pelajar yang
bertugas (anak-anak SMA yang bertugas membuat konfigurasi), kami dibariskan
menurut tingkatan sekolah, tidak berkelompok menurut asal sekolah. Jadinya kami
terpisah-pisah. Beta ingat, ketika masuk di dalam Satdion, mendapatkan tempat
duduk di posisi paling atas ujung kanan. Hari sudah agak sore, namun ketika
Presiden muncul di tribun, rasanya kami melihat jelas wajahnya yang memang
selalu penuh senyuman itu. Dia melambaikan tangan dan kami membalasnya dengan
tepuk tangan dan ada juga yang melambaikan bendera kecil bertangkai.
Waktu pertama kali
beta datang di SD Inpres Oepoi tahun 1986, bangunan sekolahnya cuma 2 buah.
Bangunan pertama mengahadap ke arah Barat (Markas Korem 161), yang terdiri dari
4 ruangan yaitu ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan ruang guru/ Kepsek. Kalau
tidak salah ingat, atap bangunan ini masih mengunakan alang-alang. Bangunan
kedua menghadap ke Selatan (Stadion
Oepoi) untuk kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Waktu itu (1986) Kepala Sekolahnya
adalah Ibu Nggeolima (almh) dan
kemudian digantikan oleh Bapak John
Mesah (alm). Beta adalah siswa pindahan dari SD Inpres Oetete 2 dan masuk di
kelas 4. Wali kelasnya waktu itu adalah ibu
Talak. Guru-guru yang sudah ada antara lain Ibu Nalle (guru kelas 6), Ibu
Lalangpuling (guru kelas 5), Ibu
Talak (guru kelas 4), Ibu Santoso
(guru kelas 3), Ibu Rassi (guru kelas
2) dan Ibu Hermina Gudang (guru kelas
1). Juga ada Pak Agustinus Luan
(guru Agama Katolik), Pak Kase (guru
Agama Kristen), Ibu Hadjon (guru
Bahasa Indonesia, pindah masuk sekitar tahun 1987), Pak Husein (guru agama Islam) dan Pak Sina (penjaga sekolah) yang kemudian pindah ke Tarus dan
digantikan oleh Pak Alex.
Kawan-kawan sekelas
yang Beta (Mesa Endik) ingat ketika masuk di kelas 4 antara lain Charles Ndaomanu, Joni Ndaumanu, Diana Takaeb, Ani
Bau, Emil Azis Tokan, Stefanus Maumeta, Albertus Bale, Meri Pelopolin, Meti
Payong, Ana Amalo, Yohanis Bai Polin, Daud Miha, Habel Miha, Beny Bili, Rafael
Subang, Soli Sadukh, Simon Sinlae,
Kristina Beda, Herwin Foes, Vonny Nalle, Nikson Tarapanjang, Yakoba Beama,
Katarina Bana,
Densi Talak, Menik ....., Gusmen Pelopolin, Viktor Hez Thung. Adalagi yang pindahan setelah kelas 5 atau
kelas 6 seperti Ice Pah, Robertus
Moning, Yohan Muloko, Agustina Pasapan, Salmun Rihilo, Yopi Menno, Ona…..
Beberapa nama
diberi titik-titik karena Beta lupa lengkapnya. Namun sebagian besar Beta yakin
bahwa sudah mengingatnya dengan benar. Karenanya sangat disayangkan jika ada
teman yang lupa bahkan tidak mengingat kawan sekelasnya semasa SD. Memori atau
daya ingat anak SD memang terbatas namun biasanya anak-anak kuat ingatannya dibanding
orang dewasa (katanya).
Sekarang tentunya
SDI Oepoi sudah berkembang baik. Dengan jumlah siswa saat ini sekitar 800-an
orang maka tentu SD Inpres Oepoi dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah di
sekitarnya. Sekolah ini telah meluluskan banyak siswa yang sudah tersebar di
berbagai wilayah dengan berbagai macam bidang tugas. Terimakasih Sekolahku.
Terimakasih para Guru.
Salam,
Inga wawan anak ya ibu santoso, nixon tarapanjang setau B sn selesai d ktg beliau pindah k SD oebobo
BalasHapus