Langsung ke konten utama

tentang betaMesa kecil

Beta lahir di sebuah rumah di atas bukit di Metina Namodale Baa Rote. Beta lahir dengan ukuran tubuh yang cukup besar, sekitar 3.5 kg. Menurut Mama Lina, selama masa kehamilannya, Mama sering dikirimi dendeng rusa yang disantap sebagai lauk dari nasi beras tumbuk. Saat lahir, Beta tidak menangis sampai beberapa saat lamanya. Hal ini mengherankan Mantri dan keluarga yang berkumpul di rumah. Seorang tante yang juga dukun beranak, lalu menggendong Beta dan menepuk-nepuk pantat maka menangislah Beta. Semua lega. Oia, Beta lahir pada hari Senin tanggal 5 April 1976 pada pagi hari sekitar jam 07.30. Papa Anus telah menyediakan nama untuk Beta. Mesaendik Jacob, merujuk pada nama saudara kakek Beta, ditambahi Aduhane yaitu nama nenek Beta. Keanehan muncul 2 hari setelah Beta lahir, karena selama itu Beta tidak kincing berak (BAK dan BAB). Entah mendapat firasat ataukah menyadari sesuatu, saat Mama Lina sedang menggendong Beta, Papa  berkata, "Oh, ini ada yang minta nama. Susi Bea." Ajaib, Beta kemudian kencing saat itu juga, bahkan mengenai tangan dari Tante Gita, dukun beranak itu. Maka kepada Beta ditambahkan nama Afilus, akronim nama dari Susi Bea, saudara sulung Papa yang sudah almarhumah.
Saat bayi, Beta tumbuh sehat karena mendapatkan ASI yang cukup dari Mama. Saat itu, Mama bekerja sebagai karyawan Yupenkris Rote Ndao. Pada umur sekitar 7 atau 8 bulan, Beta dinobatkan sebagai bayi sehat karena berat badan yang terus bertambah itu. Suatu kali, saat pulang Puskesmas, Beta diculik oleh pasangan suami istri Om Seng Sakura dan istrinya Tante Ae. Susi Kiba yang sedang menggedong Beta, tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka sudah membawa Beta ke dalam rumahnya. Beta kemudian tertidur dan sampai sore barulah Susi Koba membawa Beta kembali ke rumah di Metina.
Saat kanak-kanak, Beta paling suka makan bubur beras tumbuk yang taburi gula air. Rasanya enak dan lezat. Jika Papa, Susi Koba, Bu Nadus, Teo Saa, Bu Yap, dll pergi pele saat makan meting maka sarapan bubur pagi pasti ditambahi lauk rebusan nggetek. Suatu saat, Beta sengaja menggigit jari Mama, Beta sangka nggetek. Seperti anak-anak Rote lainnya, Beta juga suka sekali minum gula air. Jika Beta berkata kokotek, maka orang rumah mengerti bahwa Beta minta minum gula air.  Di dekat rumah Bukit ada beberapa pohon tuak. Papa, walaupun sudah bekerja sebagai pegawai Cabang Kejaksaan Negeri Baa, setiap pagi dan sore masih memanjat pohon tuak untuk (iris) diambil airnya (nira tuak). Tuak manta ini rasanya segar dan mengenyangkan.

Beta juara bayi sehat (1976)

Saat usia 4 tahun, Beta masuk TK Pertiwi di dekat lapangan bola Baa. Tiap hari, Beta dan kak Ina Toh, diantar ke sekolah  dan dijemput oleh Susi Koba. Pernah suatu kali saat muaim hujan, Susi Koba tidak menjemput, maka kami berdua pulang sendirian. Jalan kaki di tengah dirus hujan dan air meluap di jalanan, dari ujung lapangan Baa, melalui Pante, Jembatan depan rumah Oyang Badjeher, melewati Pecinan terus sampai Kampung Islam. Rasanya sudah dekat rumah, tetapi hujan lebat, angin kencang yang meniup pohon-pohon Kujawas di depan rumah  membuat kecut hati. Kami berdua terus berjalan, sampai deker depan rumah om Mars Panggalaha, mulai hilang rasa takut. Kami berlari melewati rumah Om John Doh, Bai Manafe lalu lewat rumah Tanta Omi, Beta berhenti. Kak Ina sedikit lagi sudah berbelok ke rumahnya. Beta lihat ke atas bukit, rumah tidak kelihatan. Angin meniup pohon-pohon pates (lamtoro) sehingga rebah tak karuan menutupi jalan. Beta coba berteriak memanggil namun suara derasnya hujan menenggelamkan panggilan Beta. Rimbunan pohon yang rebah membuat suasana mencekam, Beta ciut nyali untuk melihat lorong pohon-pohon itu. Tapi Beta mesti melewati jalan itu untuk sampai ke rumah. Kepalang tanggung, dingin bikin menggigil, takutpun membuat Beta semakin menggigil. Maka Beta berlari ke atas Bukit sambil berteriak Mamaaaaa. Sesudah berlari sampai di pohon Tambring, beta sudah tidak takut lagi. Rumah sudah terlihat dan Beta dengan cepat menapaki anakan tangga batu sampai ke pintu Rumah Bukit. Hujan, dingin, takut, menggigil, pastinya bikin lapar. Yah, pokoknya sudah di rumah.

Beta dan kak Ina (2018)

Beta juga senang main rarodok di bukit sampin rumah, semacam permainan meluncur menggunakan pelepah tuak ataupun kelapa. 

Sampai bulan Nopember 1982, betaMesa menikmati masa kecil yang menyenangkan di Rumah Bukit Barisan Metina, bersama keluarga dan saudara sebelum ikut Bapak pindah ke Kefamnanu Kabupaten Timor Tengah Utara.

Bu Anus dan Susi Lina (1988)

Sebagian warga Rumah Bukit (1978)

Beta dan Mama Eda (Januari 2016)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Noenoehitoe

MARGA SAYA NOENOEHITOE Terlahir dalam komunitas berpaham patriakhal di Pulau Rote - NTT, saya mendapatkan warisan marga dari bapak yaitu Noenoehitoe. Jadi mau tidak mau, saya mesti meneruskan marga ini. Ada banyak pihak yang menduga bahwa marga kami ini berasal dari Maluku. Mungkin karena ada kesamaan bunyi dengan marga Manhitu ataupun Tahitoe. Bahkan ada yang bersikeras menyebutkan kisah bahwa moyang Noenoehitoe datang dari Ambon ke Rote sebagai penyebar Injil yang diutus oleh Belanda. Beberapa waktu yang lalu bahkan ada seorang teman yang menceritakan bahwa ada Peneliti dari sebuah Institut di Kupang yang sedang menyusun naskah histori tentang gelombang migrasi orang-orang Maluku ke Timor termasuk Rote.  Saya cuma senyum saja untuk menenangkan hati mereka. Sejarah dan silsilah mengenai marga Noenoehitoe ini pernah dituliskan oleh Pdt. Jermias Petrus Nunuhitu (manuskrip, 1955) dan juga ada dalam buku berjudul Anak Membela Bapak yang ditulis oleh Dj. Messakh yang d...

tentang wasiat

WASIAT NOENOEHITOE Catatan dari Pdt. Jermias Petrus Noenoehitoe (1955) 1.       Bahwa pada zaman dahulu kala, maka turunan Nunuhitu (Noenoehitoe) mulai dari Rondo Nunu yang biasa disebutkan turunan Rondotein dalam suku Mbura Lae di negeri Thie, pulau Rote, biasa memakai nama (fam) Pandie , yaitu nama dari neneknya Pandi Fora (Pupu : V, lihat silsilah). Akan tetapi pada tahun 1872, maka nama Pandie itu diganti dengan nama Messakh oleh almarhum Raja Thie Jonas Nicolas Messakh pada ketika Jacob Arnolus Pandie (Fora Rondo) dinikahkan dengan tunangannya Wilhelmina Johanis di Kantor Ba’a. Pertukaran nama itu terjadi lantaran fam. Messakh (Bessitein) dan fam. Pandie (Rondotein) sejak itu mereka hidup dalam persahabatan yang karib , seolah-olah saudara sekandung adanya. 2.       Lantaran zaman beredar, musim beralih, maka pada tahun 1935, Guru Pension Gabriel Arnolus Messakh dapat memilih  satu nama yang baru, yang...

tentang Suku-suku nusak Thie / Tii

Orang-orang Thie 25 Suku disalin dari tulisan tangan Bapak Octovianus Noenoehitoe (1934 – 2016) Golongan Raja (Sabarai) : 1.       MburalaE 2.       HenulaE 3.       SabalaE 4.       Nggaupandi 5.       Tolaumbuk 6.       Meoleok 7.       Pandi 8.       Kolek Leoanak : a.       Sua b.       LeE c.        Musuhu d.       Kona e.       Kanaketu Golongan Fetor (Taratu) : 1.       Ndanafeo 2.       Nallefeo 3.       Mesafeo 4.       Todefeo 5.       Moiumbuk 6.     ...